Sabtu, 16 April 2011

Maria


Wahai Maria, malam ini, aku akan mangejar mu hingga dekat prapatan..prapatan yang diatur oleh lampu merah itu tidak hanya ada lampu merah tapi juga ada lampu hijo dan kuning..kuning seperti gigi orang orang yang melewati jalan itu..jalan yang rame kalo siang dan sepi kalo malam..jalan yang tidak ada sungai yang membelah jalan..disana yang ada hanya selokan dekat aku jatuh terjungkal di depan bank..

Aku malu karena aku jatuh tapi tak terluka, adalah mereka teman teman ku yang menghina ku dengan berkata "kecelakaan kok gak luka..?" tapi aku senang karena yang terluka adalah teman ku..teman ku yang bawa motor sehingga aku harus membawa beras dan telor..aku senang karena melihat ia terluka namun masih bisa tertawa..tapi aku sedih karena harus mengganti kerusakan motor yang jatuh bersama dengan ku di jalan dekat prapatan itu..

Malam ini, cuaca disana tenang karena ini sudah malam..oleh sebab itu ak ingin pergi kesana ke tempat dimana ada Maria..terlebih pula perut ku yang sudah lapar, ak sangat ingin bertemu dengannya..disana akan ku lihat Maria berjejer tidur kering agak basah di dalam kaca..tidur kering agak basah dengan mulut mengaga..

Oh maria, tunggu lah aku sampai di sana..memesan mu agak lebih garing..dan penjual mu tentunya sudah tau, bila ak kesana yang ku pesan adalah lele garing dengan bawang goreng..karena dulu, hampir tiap malam aku pesan disana..sambil membawa koran dan meninggalkannya untuk penjual mu..itu lah sebab na saat harga pecel lele naik, tapi aku tetap membayar dengan harga lama..itu semua karena koran..koran yang ku beri cuma cuma kepada penjual mu..

Tapi Maria, sepertinya malam ini aku harus membayar mu dengan harga yang baru..aku sudah tidak pernah lagi mendatangi mu di sana semenjak aku punya beras, tempe, minyak goreng dan rice cooker sendiri..dan itu membuat ku gak pernah nyetor koran lagi kepada penjual mu..
Oh Maria, selama berbulan bulan aku telah merindukan mu..dan malam ini aku akan datang pada mu lagi..

Maria, pecel lele ku tercinta..